Sabtu, 02 Oktober 2010

Hari Konservasi Nasional di Kupang 2


Sepekan Pasca Perayaan Hari Konservasi Alam Nasional:
Nasib Para Nyamplung di Pantai Lasiana

Sepekan kurang dua hari, pasca peringatan Hari Konservasi Alam Nasional di Pantai Lasiana Kupang pada 27 September 2010, kondisi tanaman nyamplung yang ditanam kini memprihatinkan. Kiranya predikisi saya tidak jauh dari perkiraan. Nyamplung akan mati lemas karena kepanasan, terkena ganasnya angin laut, dan tidak ada perawatan secara intensif dari pihak terkait. Beberapa gambar ini adalah photo yang saya ambil tadi pagi, Sabtu, 2 Oktober 2010, atau dua hari menjelang sepekan pasca perayaan Hari Konservasi Alam Nasional di Pantai Lasiana, Kupang.


Gambar 1.
Kondisi Nyamplung yang dibiarkan terbuka, tanpa ada upaya perlindungan dari hempasan angin laut dan tangan-tangan jahil pengunjung pantai. Hanya satu saja yang tampak dipagari secara alakadarnya, dan kemungkinan besar itu dilakukan berdasarkan inisiatif sang penanam.














Gambar 2.
Nyamplung yang sudah mengering, dan tidak terlindung sama sekali. Gambar pada foto ini adalah tanaman Nyamplung yang ditanam oleh jajaran pejabat.
















Gambar 3.

Nyamplung yang sudah layu, dan beranjak kering. Kemungkinan besar, seminggu kemudian, daun kering yang berada di bawah pohon ini akan semakin banyak. Dan yang tersisa hanya batang pohon dan ajir yang kering.














Tanpa berpertensi apa-apa, gambar ini di unggah untuk mengingatkan kita semua, bahwa penanaman pohon janganlah sekadar jargon seremonial saja. Akan tetapi, yang terpenting adalah upaya untuk memelihara dan menjaganya. Niat dan aksi seremonial saja tidak cukup untuk mengembalikan bumi ini dari bencana perubahan iklim dan pemanasan global. Upaya pemeliharaan secara terus-menerus adalah kuncinya. Pada konteks ini, kiranya berlaku slogan... Manusia yang memulai, manusia pula yang menentukan nasibnya.

Salam Pembebasan Bumi dari Perubahan Iklim

In God We Trust